13 Adab dalam Berdoa
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ustadz, di sini saya ingin bertanya tentang permasalahan
adab-adab dalam berdoa, dan terus bagaimana tata cara berdoa yang dicontohkan
Rasulullah SAW? syukron jazakallah. Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabarakatuh. Dari: Yudhy
Jawaban:
Wa alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh
13 Adab berdoa
1. Mencari Waktu yang
Mustajab
Di antara waktu yang mustajab adalah hari Arafah, Ramadhan,
sore hari Jumat, dan waktu sahur atau sepertiga malam terakhir.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Allah turun ke langit
dunia setiap malam, ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Allah berfirman,
‘Siapa yang berdoa kepada-Ku, Aku kabulkan, siapa yang meminta, akan Aku beri,
dan siapa yang memohon ampunan pasti Aku ampuni’.” (HR. Muslim)
2. Memanfaatkan
Keadaan yang Mustajab Untuk Berdoa
Di antara keadaan yang mustajab untuk berdoa adalah: ketika
perang, turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan iqamah, atau ketika puasa
menjelang berbuka.
Abu Hurairah radhiallahu’anhu mengatakan, “Sesungguhnya pintu-pintu langit terbuka
ketika jihad fi sabillillah sedang berkecamuk, ketika turun hujan, dan ketika
iqamah shalat wajib. Manfaatkanlah untuk berdoa ketika itu.” (Syarhus
Sunnah al-Baghawi, 1: 327)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Doa antara adzan dan iqamah tidak
tertolak.” (HR. Abu Daud, Nasa’i, dan Tirmidzi)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Keadaan terdekat antara hamba dengan
Tuhannya adalah ketika sujud. Maka perbanyaklah berdoa.” (HR. Muslim)
3. Menghadap Kiblat
dan Mengangkat Tangan
Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam ketika berada di Padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau
terus berdoa sampai matahari terbenam. (HR. Muslim)
Dari Salman radhiallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
Tuhan kalian itu Malu dan Maha Memberi. Dia malu kepada hamba-Nya ketika mereka
mengangkat tangan kepada-Nya kemudian hambanya kembali dengan tangan kosong
(tidak dikabulkan).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan beliau hasankan)
Cara mengangkat tangan:
Ibnu Abbas radhiallahu’anhu mengatakan, bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berdoa, beliau menggabungkan kedua telapak
tangannya dan mengangkatnya setinggi wajahnya (wajah menghadap telapak tangan).
(HR. Thabrani)
Catatan: Tidak boleh melihat ke atas ketika berdoa.
4. Dengan Suara Lirih
dan Tidak Dikeraskan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Janganlah kalian
mengeraskan doa kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan
tengah di antara kedua itu.” (QS. Al-Isra: 110)
Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji Nabi Zakariya ‘alaihis
salam, yang berdoa dengan penuh khusyu’ dan suara lirih.
“(Yang dibacakan ini
adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria,
yaitu tatkala ia
berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” (QS. Maryam: 2–3)
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman,
“Berdoalah kepada
Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55)
Dari Abu Musa radhiallahu’anhu bahwa suatu ketika para
sahabat pernah berdzikir dengan teriak-teriak. Kemudian Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam mengingatkan,
“Wahai manusia,
kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang tuli dan
tidak ada, sesungguhnya Allah bersama kalian, Dia Maha mendengar lagi Maha
dekat.” (HR. Bukhari)
5. Tidak Dibuat
Bersajak
Doa yang terbaik adalah doa yang ada dalam Alquran dan
sunah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Berdoalah kepada
Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-A’raf: 55)
Ada yang mengatakan: maksudnya adalah berlebih-lebihan dalam
membuat kalimat doa, dengan dipaksakan bersajak.
6. Khusyu’,
Merendahkan Hati, dan Penuh Harap
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya mereka
adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan
cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (QS.
Al-Anbiya': 90)
7. Memantapkan Hati
Dalam Berdoa dan Berkeyakinan Untuk Dikabulkan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah kalian
ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya
Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau’. Hendaknya dia mantapkan keinginannya,
karena tidak ada yang memaksa Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Apabila kalian
berdoa, hendaknya dia mantapkan keinginannya. Karena Allah tidak keberatan dan
kesulitan untuk mewujudkan sesuatu.” (HR. Ibn Hibban dan dishahihkan
Syua’ib Al-Arnauth)
Di antara bentuk yakin ketika berdoa adalah hatinya sadar
bahwa dia sedang meminta sesuatu. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Berdoalah kepada
Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak
mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya).” (HR.
Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani)
Banyak orang yang lalai dalam berdoa atau bahkan tidak tahu
isi doa yang dia ucapkan. Karena dia tidak paham bahasa Arab, sehingga hanya
dia ucapkan tanpa direnungkan isinya.
8. Mengulang-ulang
Doa dan Merengek-rengek Dalam Berdoa
Mislanya, orang berdoa: Yaa Allah, ampunilah hambu-MU,
ampunilah hambu-MU…, ampunilah hambu-MU yang penuh dosa ini. ampunilah ya
Allah…. Dia ulang-ulang permohonannya. Semacam ini menunjukkan kesungguhhannya
dalam berdoa.
Ibn Mas’ud mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam apabila beliau berdoa, beliau mengulangi tiga kali. Dan apabila beliau
meminta kepada Allah, beliau mengulangi tiga kali. (HR. Muslim)
9. Tidak Tergesa-gesa
Agar Segera Dikabulkan
Dan menghindari perasaan: mengapa doaku tidak dikabulkan
atau kalihatannya Allah tidak akan mengabulkan doaku.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan dikabulkan (doa)
kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun
belum saja dikabulkan‘.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sikap tergesa-gesa agar segera dikabulkan, tetapi doanya
tidak kunjung dikabulkan, menyebabkan dirinya malas berdoa. Dari Abu Hurairah
radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Doa para hamba akan
senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus
silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru.” Para sahabat bertanya, “Ya
Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?” Beliau bersabda, “Orang yang berdoa ini berkata, ‘Saya telah berdoa, Saya telah berdoa,
dan belum pernah dikabulkan’. Akhirnya
dia putus asa dan meninggalkan doa.” (HR. Muslim dan Abu Daud)
Sebagian ulama mengatakan: “Saya pernah berdoa kepada Allah
dengan satu permintaan selama dua puluh tahun dan belum dikabulkan, padahal aku
berharap agar dikabulkan. Aku meminta kepada Allah agar diberi taufiq untuk
meninggalkan segala sesuatu yang tidak penting bagiku.”
10. Memulai Doa
dengan Memuji Allah dan Bershalawat Kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
Bagian dari adab ketika memohon dan meminta adalah memuji
Dzat yang diminta. Demikian pula ketika hendak berdoa kepada Allah. Hendaknya
kita memuji Allah dengan menyebut nama-nama-Nya yang mulia (Asma-ul husna).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar ada
orang yang berdoa dalam shalatnya dan dia tidak memuji Allah dan tidak
bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau
bersabda, “Orang ini terburu-buru.” kemudian beliau bersabda,
“Apabila kalian
berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian
bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian berdoalah
sesuai kehendaknya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan Al-Albani)
11. Memperbanyak
Taubat dan Memohon Ampun Kepada Allah
Banyak mendekatkan diri kepada Allah merupakan sarana
terbesar untuk mendapatkan cintanya Allah. Dengan dicintai Allah, doa seseorang
akan mudah dikabulkan. Di antara amal yang sangat dicintai Allah adalah
memperbanyak taubat dan istighfar.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
“Tidak ada ibadah yang
dilakukan hamba-Ku yang lebih Aku cintai melebihi ibadah yang Aku wajibkan. Ada
hamba-Ku yang sering beribadah kepada-Ku dengan amalan sunah, sampai Aku
mencintainya. Jika Aku mencintainya maka …jika dia meminta-Ku, pasti Aku
berikan dan jika minta perlindungan kepada-Ku, pasti Aku lindungi..” (HR.
Bukhari)
Diriwayatkan bahwa ketika terjadi musim kekeringan di masa
Umar bin Khatab, beliau meminta kepada Abbas untuk berdoa. Ketika berdoa, Abbas
mengatakan, “Ya Allah, sesungguhnya tidaklah turun musibah dari langit kecuali
karena perbuatan dosa. dan musibah ini tidak akan hilang, kecuali dengan
taubat…”
12. Hindari Mendoakan
Keburukan, Baik Untuk Diri Sendiri, Anak, Maupun Keluarga
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, mencela manusia yang
berdoa dengan doa yang buruk,
“Manusia berdoa untuk
kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat
tergesa-gesa.” (QS. Al-Isra': 11)
“Kalau sekiranya Allah
menyegerakan keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk
menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka (binasa).” (QS. Yunus:
11)
Ayat ini berbicara tentang orang yang mendoakan keburukan
untuk dirinya, hartanya, keluarganya, dengan doa keburukan.
Dari Jabir radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Janganlah kalian
mendoakan keburukan untuk diri kalian, jangan mendoakan keburukan untuk anak
kalian, jangan mendoakan keburukan untuk pembantu kalian, jangan mendoakan
keburukan untuk harta kalian. Bisa jadi ketika seorang hamba berdoa kepada
Allah bertepatan dengan waktu mustajab, pasti Allah kabulkan.” (HR. Abu
Daud)
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
“Doa para hamba akan
senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus
silaturrahim.” (HR. Muslim dan Abu Daud)
13. Menghindari
Makanan dan Harta Haram
Makanan yang haram menjadi sebab tertolaknya doa.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,
“Wahai sekalian
manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia tidak akan menerima sesuatu
melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada
orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul.
Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan
kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan’. Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah
rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu’. Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah
lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut,
masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a,
‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’. Padahal, makanannya dari barang yang haram,
minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan
makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya?” (HR.
Muslim)
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi
Syariah)
Sumber: www.KonsultasiSyariah.com
0 Komentar